Friday, February 18, 2011

Aku TIDAK layak untuk AL-JANNAH MU.. TETAPI aku TIDAK SANGGUP MENANGGUNG SEKSA NERAKAMU




Adakah KITA LAYAK untuk SYURGANYA?


Assalammualaikum..

Solat dhuha cuma dua rakaat,
Qiamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat,
itu pun sambil tersenguk-senguk.

Solat lima waktu?
Sudahlah jarang ke masjid,
Ayatnya yang dipilih  pendek-pendek pula...
Tanpa doa, dan puji bagi Allah,
Dilipatlah sajadah yang masih baru itu.
Lupa pula dengan solat rawatib sebelum mahupun sesudah solat wajib.


catatan:

"Kalau tidak terlambat"
atau
"Asal tidak bangun sebelum subuh".
Dengan model solat seperti ini, apakah aku LAYAK untuk SYURGAMU Ya ALLAH?

Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malam mereka....
dengan derai tangisan memohon keampunan kepada Allah.
Kaki-kaki mereka bengkak
dek terlalu lama berdiri dalam khusyukNya.

Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap ....
Allah Yang Maha Mendengar mahu mendengarkan keluh mereka.
Ketika azan berkumandang,
segera para sahabat meninggalkan semua aktiviti ....
menyahut seruan ILAHI,

kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh....
di atas sajadah-sajadah penuh titisan air mata.

Baca Quran sesempatnya,
tanpa memahami erti dan maknanya,
apalagi mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya.

Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini
tak sedikit pun membuat dada ini bergetar,

Padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah .....
ketika dibacakan ayat-ayat Allah
maka tergetarlah hatinya.

Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari,
itu pun tidak rutin.
Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas.

Padahal...
Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka ...
untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah.
Sesekali mereka terhenti, .......
tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam ....
dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.

Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan titisan air mata.
Setiap titis yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahawa mereka jatuh kerana....
lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi..

Bersedekah jarang,
begitu juga infak.
Kalau pun ada,
itu pun "memilih" syiling yang ada di dalam kocek.

Berbuat baik terhadap sesama manusia juga jarang,
SEKIRANYA ada kegiatan bakti sosial,
yang ada hanyalah PENGIKUT SERTA bukannya PENDERMA.

Sudahlah jarang beramal,
amal yang paling mudah pun masih dilengeh-lengahkan seperti SENYUM.. SUSAH ke nak senyum?;)

Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui,
senyuman baginda indahnya,
tutur bicaranya lembut,
belaian  kasih dan perhatiannya tidak berbelah bahagi,
juga pembelaannya bukan semata miliki Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain.
Juga bukan untuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya.

Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpai baginda, ...
bahkan kepada musuhnya sekalipun.
Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlumba-lumba
beramal soleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.

Adakah PANTAS hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?

Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya
kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak.
Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula.
Tak inginkah kita menjadi sebahagian kelompok yang dicintai Allah itu?

Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?

Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat.
Terhadap orang tua kurang ajar,
sering membantah,
sering membuat kesal hati mereka,
apalah lagi mendoakan mereka,
mungkin tidak pernah.

Padahal mereka tak PERLU apa-apa pun ...
selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang dibesarkann ......
dengan segenap cinta.
Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah.
Orang-orang seperti kita ini, adakah LAYAK untuk SYURGA Mu Ya Allah?

Keredhaan-Nya bergantung kepada keredhaan ibu bapa terhadap anaknya
Telapak kaki ibu lah semulia-mulianya kerana SYURGA itu di bawah tapak kaki IBU.
Bukankah Rasulullah yang tak ber-ibu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu,
bahkan tiga kali baginda menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah?

Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat ......
masih boleh mengucup tangan ibu yang lembut?
kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan?
Karena begitu banyak orang-orang yang tidak lagi mendapatkan peluang seperti itu.

Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu...
hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka?

Jangan tunggu penyesalan. .....
Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan orang tua ....
ketika AidilFitri yang baru berlalu ....?

Apakah hari itu....
hanya hari biasa yang dibiarkan berlalu tanpa makna...?

Apakah siang harinya....
kita sudah mengantuk....
dan akhirnya tertidur lelap...?

Apakah kita merasa sulit tuk menitiskan air mata...?
atau bahkan kita menganggap menyusahkan......?
sampai sekeras itukah hati kita....?

Ya... Allah ..... ya Rabbku......
jangan Kau paling hati kami menjadi hati yg keras......,
sehingga menitiskan air matapun susah.......
merasa bersih......
merasa suci....
merasa tak bersalah dan .....
merasa tidak memerlukan orang lain......

Padahal dibalik cermin masa depan yang kami banggakan.....
terlukis bayang hampa tanpa makna.....
dan kebahagiaan semu penuh ragu.....

Astaghfirullah ......

Yaa Allah...ampunilah segenap khilaf kami..

No comments:

Post a Comment